Saturday, 12 November 2011

Jangan Mencari Hidup Dari Pendidikan, Akan Tetapi Hidupilah Pendidikan.

Juli Eko Sarwono adalah guru matematika. Ketakutan anak-anak terhadap pelajaran Matematika mendorong dia untuk selalu berusaha mencari model guru profesional dan pembelajaran yang tepat tetapi sampai sekian lama tidak berhasil. Barulah ketika SMP 19 Purworejo terpilih menjadi mitra Decentralized Basic Education 3 (DBE3)-USAID dan Pak Eko mengikuti pelatihan modul dasar Better Teaching and Learning (Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna) serta modul Life-Skills (Kecakapan hidup), Pak Eko menemukan apa yang telah lama didambakan. Di dalam pelatihan Better Teaching and Learning (Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna) Pak Eko dilatih tentang pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Pelatihan dan pendampingan yang intensif dari fasilitator tersebut menjadi titik balik strategi pembelajaran yang diterapkan Pak Eko di dalam kelas. Dia mulai membangun komunikasi
dan pendekatan 2 arah terhadap siswa, menerapkan metode pembelajaran aktif di kelas yang bervariasi seperti mengajak anak belajar di luar dengan menempel soal-soal, membuat media dengan barang-barang bekas seperti kardus mie, kalender bekas, koran; menempel dengan kertas warna-warni, dan lainnya.
Pak Eko berhasil membiayai anaknya sampai lulus sarjana dengan berjualan bakso keliling. Ia mempunyai pengalaman mengajar selama 27 tahun. Pak Eko sendiri baru berjualan bakso keliling tahun 2003, sekitar 6 tahun yang lalu. Saat itu anak pertamanya akan kuliah namun gajinya sebagai PNS sebesar Rp. 2,6 juta tidak cukup untuk menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi sehingga dia harus berhutang. Untuk membayar cicilan hutangnya, Pak Eko akhirnya berjualan bakso, profesi yang pernah di jalaninya ketika SMA.
Banyak orang yang terkesan pada kepribadian Pak Eko karena ia selalu menjunjung etos kerja tinggi yang juga diterapkannya dalam kehidupanya sehari-hari. Sebagai kepala keluarga yang harus bertanggung jawab pada kelangsungan perekonomian keluarga, Pak Eko melakoni profesi ganda sebagai guru dan pedagang bakso keliling.
Berita menggembirakan bagi Pak Eko datang ketika seorang dosen Matematika UNNES juga menawari untuk melihat dan mengadopsi media matematika sederhana di laboratorium matematika UNNES (Universitas Negeri Semarang). Ketika inovasi pembelajaran Pak Eko diangkat pada lokakarya keberhasilan DBE, pengalaman mengajar yang dibaginya telah menginspirasi banyak guru di SMP 19 Purworejo dan kabupaten lain untuk mengikuti jejaknya, menggunakan pembelajaran yang menyenangkan siswa. Bahkan kata Pak Eko, sekarang di SMP 19 Purworejo dinding kelas meriah dengan tempelan hasil karya siswa, sehingga untuk membuat lebih enak dipandang mata akhirnya tiap kelas dinding bagian belakang dibuat ‘’kapling-kapling’’ untuk setiap mata pelajaran. Hal istimewa bagi Pak Eko ketika pengawas sekolah Diknas Purworejo, Subiyanto menyempatkan diri untuk melihat proses pembelajaran di kelasnya selama 2 jam pelajaran.
Baru-baru ini, Pak Eko mendapat penghargaan dari Development Education America sebagai guru dengan predikat “good practice” yang di selenggarakan pada 28 Juli di Hotel Hilton, Solo.

No comments:

Post a Comment

Our offices

Blogger templates